Siang tadi seseorang kawan mendadak memanggil nama saya untuk berikan penjelasan benar tidaknya keterangan yang dijelaskan pada suatu gambar yang diupload serta jadi pembicaraan di sosial media sepanjang hari tadi. Pada gambar itu si pengunggah berikan info tersebut :
*foto yang anda saksikan ini yaitu jenazah seseorang wanita (berbaju biru) yang dikondisikan oleh keluarganya untuk jalan sendiri menuju makamnya, dengan memakai mantra spesifik. walaupun tidak lagi sering dikerjakan, namun ritual ini terbangun sampai saat ini. *
Dibawah info itu ditambahkan satu tulisan dengan judul yang ditulis dalam huruf besar RITUAL MAYAT BERJALAN (ALUK TODOLO) TORAJA BARAT, MAMASA.
Sebagai anak Toraja yang lahir serta besar di bumi Lakipadada, Tondok lan Lilikna Lepongan Bulan Gontingna Matarik Allo ; gemes juga lihat gambar serta keterangan pada gambar yang tidak sesuai dengan konteksnya. Pada akhirnya ikut meninggalkan komentar pada gambar itu, ”Hadeeeeeeeeuuuuuuuuuh, ini acara Ma’Nenek dengan kata lain ritual bersih pendam BUKAN mayat jalan. ”
Gambar yang diupload di facebook dengan komentar yang saya tinggalkan disana.
Si pengunggah membalas dengan memberi penjelasan bila ma’nene itu di Mamasa (Toraja Barat) tengah gambar yang dia unggah berlangsung di Toraja. Mengapa saya jadi gemes untuk berikan komentar pada gambar yang diberikan kesana kemari yang bikin beberapa orang terkagum-kagum hingga bingung ini?
Gambar yang mengedar tadi sesungguhnya pernah saya berikan di Multiply TIGA th. waktu lalu, catet … TIGA th. lantas! hasil kiriman seseorang keponakan. Bila di perhatikan dari potongan gambar yang diberikan di FB, saya dapat meyakinkan itu yaitu gambar yang sama yang dahulu saya berikan di MP. Gambar aslinya, di samping kiri ada dua tangan yang memegang HP namun saya krop. Serta, karena saat itu tengah seru-serunya acara Take Me Out di satu diantara stasiun tivi, jadi postingannya juga di beri judul yang sama, silahkan ditengok di SINI. Sayang karena saat itu masihlah kerap lupa untuk memberikan watermark pada gambar serta lagi karena gambar itu bukanlah hasil bidikan sendiri jadi tidak butuh diaku.
Ritual bersih pendam atau dalam bhs setempat dimaksud ma’nenek memanglah masihlah digerakkan oleh beberapa kecil orang-orang Toraja di daerah spesifik. Tentang hal semacam ini juga pernah saya berikan melalui satu tulisan Ma’Nene, Kebiasaan Bersih Pendam ala Toraja ; di Kompasiana Agustus 2012 waktu lalu.
Tengah mengenai mayat jalan, jaman dulu memanglah pernah ada serta dikerjakan oleh mereka yang berpedoman keyakinan aluk todolo di daerah Mamasa, satu lokasi yang bersebelahan dengan Toraja. Saya ingat saat masihlah duduk di bangku SD seseorang saudara saya juga pernah menceritakan mengenai hal semacam ini saat kampungnya dilewati oleh mereka yang mengiring jenazah jalan ke kampung halaman.
Kebiasaan ini telah TIDAK dikerjakan lagi sejak masuknya beberapa ulama menyebarkan agama Islam serta beberapa zending yang membawa ajaran Kristen. Menyikapi gencarnya penyebaran gambar mayat jalan di sosial media satu tahun waktu lalu, kawan saya Muhammad Armand, dosen di Kampus Hasanuddin ; menayangkan tulisan di Kompasiana memohon untuk meng-Hentikan Cerita Mayat Jalan di Mamasa.
Satu pertanyaan yang seringkali menghinggapi saat berteman dengan seorang yang lalu tahu daerah asal saya yaitu, ”Kamu Toraja? Serius? Koq tidak serupa? Eh, benar tidak sih ada mayat jalan disana? ” Bertanya yang lalu berkembang jadi pembenaran versus mereka saat percakapan berlanjut pada kegemaran saya menyusuri jejak sunyi, ”Pantesssss, Toraja kan? ” #soktaudehkamu
Lewat tulisan ini saya memohon pada siapa juga yang membaca tulisan ini, tolong janganlah asal ikutan eksis menebarkan informasi bila tak mengerti dengan terang duduk perkaranya. Mari berbarengan menumbuhkan cinta serta bangga pada tanah air dengan belajar mengetahui budaya bangsa kita yang beragam macam ini. Salam budaya oli3ve.
http://obendon.com/
SUMBER 2: http://www.kabar9.com/2016/02/wow-takut-dan-menyeramkan-inilah-ritual.html
*foto yang anda saksikan ini yaitu jenazah seseorang wanita (berbaju biru) yang dikondisikan oleh keluarganya untuk jalan sendiri menuju makamnya, dengan memakai mantra spesifik. walaupun tidak lagi sering dikerjakan, namun ritual ini terbangun sampai saat ini. *
Dibawah info itu ditambahkan satu tulisan dengan judul yang ditulis dalam huruf besar RITUAL MAYAT BERJALAN (ALUK TODOLO) TORAJA BARAT, MAMASA.
Sebagai anak Toraja yang lahir serta besar di bumi Lakipadada, Tondok lan Lilikna Lepongan Bulan Gontingna Matarik Allo ; gemes juga lihat gambar serta keterangan pada gambar yang tidak sesuai dengan konteksnya. Pada akhirnya ikut meninggalkan komentar pada gambar itu, ”Hadeeeeeeeeuuuuuuuuuh, ini acara Ma’Nenek dengan kata lain ritual bersih pendam BUKAN mayat jalan. ”
Gambar yang diupload di facebook dengan komentar yang saya tinggalkan disana.
Si pengunggah membalas dengan memberi penjelasan bila ma’nene itu di Mamasa (Toraja Barat) tengah gambar yang dia unggah berlangsung di Toraja. Mengapa saya jadi gemes untuk berikan komentar pada gambar yang diberikan kesana kemari yang bikin beberapa orang terkagum-kagum hingga bingung ini?
Gambar yang mengedar tadi sesungguhnya pernah saya berikan di Multiply TIGA th. waktu lalu, catet … TIGA th. lantas! hasil kiriman seseorang keponakan. Bila di perhatikan dari potongan gambar yang diberikan di FB, saya dapat meyakinkan itu yaitu gambar yang sama yang dahulu saya berikan di MP. Gambar aslinya, di samping kiri ada dua tangan yang memegang HP namun saya krop. Serta, karena saat itu tengah seru-serunya acara Take Me Out di satu diantara stasiun tivi, jadi postingannya juga di beri judul yang sama, silahkan ditengok di SINI. Sayang karena saat itu masihlah kerap lupa untuk memberikan watermark pada gambar serta lagi karena gambar itu bukanlah hasil bidikan sendiri jadi tidak butuh diaku.
Ritual bersih pendam atau dalam bhs setempat dimaksud ma’nenek memanglah masihlah digerakkan oleh beberapa kecil orang-orang Toraja di daerah spesifik. Tentang hal semacam ini juga pernah saya berikan melalui satu tulisan Ma’Nene, Kebiasaan Bersih Pendam ala Toraja ; di Kompasiana Agustus 2012 waktu lalu.
Tengah mengenai mayat jalan, jaman dulu memanglah pernah ada serta dikerjakan oleh mereka yang berpedoman keyakinan aluk todolo di daerah Mamasa, satu lokasi yang bersebelahan dengan Toraja. Saya ingat saat masihlah duduk di bangku SD seseorang saudara saya juga pernah menceritakan mengenai hal semacam ini saat kampungnya dilewati oleh mereka yang mengiring jenazah jalan ke kampung halaman.
Kebiasaan ini telah TIDAK dikerjakan lagi sejak masuknya beberapa ulama menyebarkan agama Islam serta beberapa zending yang membawa ajaran Kristen. Menyikapi gencarnya penyebaran gambar mayat jalan di sosial media satu tahun waktu lalu, kawan saya Muhammad Armand, dosen di Kampus Hasanuddin ; menayangkan tulisan di Kompasiana memohon untuk meng-Hentikan Cerita Mayat Jalan di Mamasa.
Satu pertanyaan yang seringkali menghinggapi saat berteman dengan seorang yang lalu tahu daerah asal saya yaitu, ”Kamu Toraja? Serius? Koq tidak serupa? Eh, benar tidak sih ada mayat jalan disana? ” Bertanya yang lalu berkembang jadi pembenaran versus mereka saat percakapan berlanjut pada kegemaran saya menyusuri jejak sunyi, ”Pantesssss, Toraja kan? ” #soktaudehkamu
Lewat tulisan ini saya memohon pada siapa juga yang membaca tulisan ini, tolong janganlah asal ikutan eksis menebarkan informasi bila tak mengerti dengan terang duduk perkaranya. Mari berbarengan menumbuhkan cinta serta bangga pada tanah air dengan belajar mengetahui budaya bangsa kita yang beragam macam ini. Salam budaya oli3ve.
http://obendon.com/
SUMBER 2: http://www.kabar9.com/2016/02/wow-takut-dan-menyeramkan-inilah-ritual.html
Blogger Comment