Bahan makanan umumnya mudah rusak serta tidak selalu tersedia setiap saat. Lokasi tempat tinggal dan akses pada makanan juga menentukan perbedaan ketersediaan serta ragam makanan di berbagai tempat. Setiap orang juga memutar otak untuk dapat mempertahankan lama waktu simpan dan menjaga persediaan bahan makanan memadai sepanjang tahun. Salah satu solusi yang dicetuskan yaitu pengemasan makanan. Pengemasan makanan berbentuk kaleng merupakan contoh pengemasan yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Kemasan kaleng paling sering digunakan terlebih untuk makanan olahan atau makanan siap saji.
Kemasan kaleng umumnya terbagi dalam sembilan lapisan dengan bagian tengah terbuat dari baja yang pada setiap sisinya dilapisi oleh suatu lapisan timah besi. Aluminium juga diambil jadi material produk makanan kaleng karena memiliki sifat ringan, mudah dibuat, tidak beracun serta tahan pada karat.
Keunggulan kemasan kaleng antara lain mempunyai kemampuan mekanis besar, penghalang pada cemaran (lantaran kedap hawa), tahan keadaan ekstrim dan permukaannya sangatlah gampang untuk di beri label. Kekurangan dari paket kaleng diantaranya produk yang dikemas bakal kehilangan cita rasa segarnya, alami penurunan nilai gizi disebabkan pemrosesan suhu tinggi. Diluar itu, ada bahaya kerancuan mikroba yang mengintai bila tak jeli dalam pilih product makanan kaleng. Sistem pengalengan atau cara penyimpanan yang kurang baik bisa menyebabkan tumbuhnya Clostridium botulinum yang dapt membuahkan toksin perusak sistem saraf.
6 Ciri Makanan Kaleng Tidak Layak Konsumsi
Berikut ini 6 ciri fisik makanan kaleng yang tidak layak untuk konsumsi serta dapat dijadikan tanda untuk Anda terlebih yang kerap konsumsi makanan kaleng.
1. Kaleng yang Menggelembung
Penggelembungan kaleng dapat bermakna dua hal, yakni pengisian product terlampau penuh atau ada perkembangan serta kesibukan mikroba yang menyebabkan pembentukan gas. Gas yang terbentuk bakal menyebabkan penambahan desakan didalam kaleng hingga kaleng menggelembung dibagian tutup serta basic kaleng.
2. Kaleng yang Penyok
Kaleng penyok bisa menyebabkan lubang-lubang kecil serta bisa mempermudah masuknya mikroba pembusuk ke pada makanan kaleng.
3. Kaleng yang Berkarat
Karat yang tampak pada kaleng mengisyaratkan product itu sudah lama di produksi atau disimpan pada tempat yang kurang pas (biasanya lantaran lembab).
4. Kaleng yang Bocor
Bocornya kaleng bisa dikarenakan sambungan kaleng yang kurang pas, penyolderan kurang prima atau tertusuk oleh benda tajam. Kaleng yang bocor dikenali dengan tumbuhnya mikroba serta munculnya bau yang kurang enak. Kaleng yang berupa silinder lebih riskan bocor dibanding dengan kaleng yang berupa oval.
5. Stack Burn
Stack burn dikarenakan sistem pendinginan yg tidak prima, yakni kaleng yang belum betul-betul dingin telah disimpan. Hal semacam ini menyebabkan penyimpanan penampakan product yaitu pergantian struktur jadi lebih lunak, pergantian warna jadi lebih gelap hingga tidak bisa dikonsumsi lagi.
6. Flat Sour
Bila Anda merasakan penyimpangan cita rasa jadi asam serta tanpa ada dibarengi penggelembungan pada product dalam kaleng, besar kemungkinan ada kesibukan spora bakteri tahan panas yg tidak hancur sepanjang sistem sterilisasi. Arti kebusukan ini dimaksud flat sour. Flat sour bisa berlangsung disebabkan sanitasi sepanjang pemrosesan yang jelek ataupun sistem pemrosesan yang kurang pas.
Tidak cuma jeli melihat tanda fisik, yakinkan senantiasa, selekasnya memakai makanan kaleng yang telah terbuka serta memakai makanan kaleng dalam kurun saat 2 th. produksi. Memasak makanan kaleng sampai masak dapat juga mematikan kandungan mikroba.
Blogger Comment